Sapi Presiden Jokowi



Kusnan, Peternak yang Sapinya Dibeli Presiden Jokowi Rp 90 Juta
NURKOZIM/RADAR BOJONEGORO/JawaPos.com
SAPI PRESIDEN: Kusnan dan sapi pesanan Presiden Jokowi untuk kurban tahun ini.
Banyak peternak sapi di Bojonegoro. Namun, Kusnan adalah peternak khusus. Dia spesialis sapi kurban. Setiap tahun Gubernur Jatim Soekarwo dan para pejabat lain memesan sapi kepada dia. Tahun ini Presiden Joko Widodo juga membeli sapi kurban dari Kusnan.
 
Dinding rumah Kusnan dipenuhi foto dirinya bersama sapi-sapi pemenang kontes. Foto itu disertai tulisan tanggal dan cerita juara kontes sapi yang diikutinya. Beberapa sertifikat juga terpampang di ruang tamu rumahnya di Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ya, sejak 2003, Kusnan selalu menjuarai lomba kontes sapi yang diadakan Pemkab Bojonegoro.

Di samping rumah Kusnan, terdapat kandang berukuran 30 x 12 meter. Di dalamnya ada lebih dari 40 ekor sapi supergemuk. Yang terkecil seberat 7 kuintal. Yang terbesar mencapai 1,25 ton. Rata-rata berat sapi potong itu adalah 3-4 kuintal.

Sebagian sapi tersebut sudah dipesan. Salah satunya adalah seekor sapi yang paling besar jenis limusin simental berwarna cokelat. Bobotnya mencapai 1,25 ton. Sapi tersebut sudah dibeli Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kurban Idul Adha tahun ini.

"Tim dari Pemprov Jatim datang ke sini. Mereka bilang akan membeli sapi itu karena perintah presiden," tutur Kusnan saat ditemui wartawan Jawa Pos Radar Bojonegoro di rumahnya.

Sebenarnya, dia tidak terlalu terkejut sapinya dibeli presiden. Sebab, setiap tahun Gubernur Jawa Timur Soekarwo membeli sapinya untuk kurban.

"Pak Karwo pernah membeli yang berbobot 1,1 ton. Tetapi, sapi ini (pesanan Presiden Jokowi, Red) adalah yang terbesar," ungkap bapak dua anak tersebut.

Selain presiden dan gubernur Jatim, tahun ini lebih dari sepuluh pejabat Jatim membeli sapi milik Kusnan. Antara lain, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dan Sekdaprov Jatim Akhmad Sukardi. "Total ada 14 ekor sapi saya yang dibeli pejabat tahun ini," ujar pria yang rambutnya mulai memutih itu.

Berapa harga 14 ekor sapi tersebut? Setelah tersenyum, dia menyebut angka lebih dari setengah miliar rupiah. Kusnan menceritakan, awalnya, Gubernur Jatim Soekarwo membeli sapinya pada 2009. Sapi yang dibeli tersebut adalah sapi pemenang kontes tingkat kabupaten. Sejak saat itu, setiap tahun Soekarwo membeli sapi dari Kusnan.

Kusnan merupakan warga asli Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu. Pria yang kini berusia 63 tahun itu hanya mengenyam pendidikan sampai SD. Sebab, orang tuanya kala itu tidak memiliki biaya. "Saya terlahir dari keluarga yang tidak punya," ungkapnya.

Orang tua Kusnan bekerja sebagai petani. Namun, mereka tidak memiliki sawah. Mereka menyewa sawah milik tetangga untuk digarap. Karena tidak melanjutkan sekolah, Kusnan menghabiskan banyak waktu untuk membantu orang tua menggembala kambing. Itu pun kambing milik tetangga.

Dari situ, Kusnan mulai akrab dengan hewan ternak. Dari menggembala kambing tersebut, dia mendapat upah seekor anak kambing. Namun, ada syaratnya. Yakni, jika kambing yang digembalakannya beranak. Sistem pengupahan tersebut lazim dilakukan pada masa itu.

"Saat ini masih ada beberapa orang yang menggunakan sistem tersebut," tuturnya.

Hal tersebut dijalani Kusnan hingga berkeluarga. Namun, yang dia gembalakan bukan lagi kambing, melainkan sapi. "Setelah menikah, saya ya bertani. Sampingannya merawat sapi tetangga," ujarnya.

Lama bergelut dengan hewan ternak, Kusnan mulai memahami seluk-beluk peternakan. Sapi-sapi yang dipeliharanya selalu gemuk dan sehat. Hal tersebut membuat tawaran dari tetangga untuk memelihara sapi terus berdatangan. Lama-kelamaan, Kusnan kewalahan. Dia pun sering menolak tawaran tersebut.

Dari memelihara sapi tetangga itu, Kusnan mendapat upah sapi. Upah tersebut didapat jika sapi yang dipelihara sudah beranak dua kali. Upah anak sapi itu dipelihara sampai dewasa.

Suatu hari, pada 2000, Kusnan mendengar kontes sapi yang diadakan Pemkab Bojonegoro. Karena merasa sapi miliknya memenuhi syarat untuk ikut kontes, tanpa ragu dia ikut ambil bagian. Sayang, nasib baik belum berpihak. Sapi Kusnan kalah ketika itu.

Tahun berikutnya, 2001 dan 2002, Kusnan kembali menelan kekalahan. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk mengikuti kontes serupa. Akhirnya, pada 2003, nasib berkata lain. Sapi Kusnan berjenis limusin simental yang diikutkan kontes berhasil menang. Tidak tanggung-tanggung, sapi itu langsung menjadi juara pertama.

"Itu membuat saya senang. Sebab, sapi saya akhirnya bisa menang juga," ujar pria yang juga ketua kelompok peternak sapi di desanya tersebut.

Sejak saat itu, Kusnan selalu memenangi kontes sapi tingkat kabupaten. Dia pun semakin serius menggeluti bidang ternak sapi. Setiap sapi hasil kontes terjual, dia langsung membeli sapi anakan. Begitu seterusnya hingga dia memiliki banyak sapi. "Saat ini, saya punya 50 ekor," ungkapnya.

Kusnan menyatakan tidak memiliki metode khusus dalam menggemukkan sapi. Cara dia memelihara sapi sama dengan yang dilakukan semua peternak di desanya.

Setiap hari sapi diberi makan jerami, bukan rumput hijau. Kusnan sama sekali tidak pernah memberi sapinya rumput hijau. Menurut dia, rumput hijau tidak bisa cepat menggemukkan sapi. Dia menilai jerami padi merupakan makanan sapi yang paling ideal.

Selain rutin memberi makan sapi, yang wajib dilakukan adalah mencombor (memberi minum). Isinya adalah dedak (serbuk dari kulit padi) halus dicampur ampas tahu. Campuran tersebut sudah lama dipercaya peternak sebagai cara tepat untuk menggemukkan sapi dengan cepat.

Yang berbeda adalah waktu mencombor. Menurut Kusnan, waktu paling ideal adalah pukul 09.00 dan 22.00.

Mengapa harus malam? Menurut dia, setelah makan, sapi lalu tidur sehingga cepat gemuk. "Sama dengan manusia. Jika makan, lalu tidur, pasti mudah gemuk," tuturnya, lantas tersenyum.

Hal tersebut tidak banyak dilakukan peternak lain di desa Kusnan. Karena itu, tidak ada sapi milik peternak lain yang bisa menyamai bobot sapi milik Kusnan. Bahkan, cara penggemukan sapi tersebut awalnya tidak dipercaya tetangga. Mereka menganggap aneh saat Kusnan bangun malam-malam dan memberi minum dan makan sapi. Namun, Kusnan tidak memedulikannya. Dia merasa cara itu cukup ampuh.

Setiap hari Kusnan menghabiskan 25 kilogram (kg) ampas tahu dan 1 kg dedak untuk seekor sapi. Untuk jerami, dia menghabiskan 20 kg per hari.

Kusnan sama sekali tidak menyembunyikan resep penggemukan sapi tersebut. Siapa saja yang bertanya selalu diberi penjelasan. "Siapa pun yang ingin belajar, silakan," tegasnya.

Namun, di luar itu, masih ada resep khusus. Sekali dalam sebulan, Kusnan menyuntik sapi-sapinya dengan obat khusus. Sayang, dia tidak mau menyebutkannya. "Pokoknya, ada obat khusus yang saya beli di toko. Harganya mahal," ungkapnya. Bahkan, kelompok ternak di desanya tidak diberi tahu.

Kusnan menyatakan, kontes hewan ternak yang diikutinya selama 10 tahun terakhir sangat membantu dirinya. Sebab, sekali juara, dia bisa mendapatkan hadiah Rp 15 juta. Uang tersebut dijadikan modal untuk membeli sapi lagi. "Sisanya buat keluarga," katanya.

Kabar soal Kusnan yang sering memenangi kontes tersebut akhirnya didengar Pemprov Jatim. Pada 2009, Gubernur Soekarwo membeli sapi milik Kusnan yang memenangi kontes untuk kali pertama. Ketika itu, sapi jenis limusin simental milik Kusnan laku Rp 40 juta. Sejak itu, Kusnan menjadi langganan gubernur.

Untuk sapi yang dibeli Presiden Jokowi, dia menyatakan harganya Rp 90 juta. Awalnya, sapi tersebut ditawar Rp 85 juta oleh Pemprov Jatim, namun akhirnya deal Rp 90 juta. Rencananya, sapi tersebut diambil hari ini dan dikurbankan besok.

Sapi-sapi jumbo yang dibeli pejabat tersebut tentu mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Kusnan. Kini dia sudah bisa membeli tanah, rumah, dan sepeda motor untuk anak-anaknya.

Dia juga mewariskan ilmu beternak tersebut kepada anak-anak serta menantunya. Anak-anak Kusnan tidak bersekolah tinggi. Salah seorang anaknya hanya lulusan SMA dan kini sudah berkeluarga. Seorang lagi masih duduk di bangku sekolah dasar.
Kusnan mengaku tidak mempunyai impian muluk-muluk. Dia hanya ingin hidup tenang bersama istri dan anak-anak. "Saya ini peternak, tidak punya cita-cita apa-apa. Asal keluarga dan anak saya berkecukupan, itu sudah cukup," ungkapnya. (*/c5/nw)