Inikah Neraka? Ditemukan
Planet Bersuhu Lebih 3 Ribu Derajat Celsius
Newswire Selasa,
01/09/2015 07:39 WIB
Kabar24.com, JAKARTA-- Dunia astronom dikejutkan dengan penelitian para ahli.
Menurut temuan terbaru neraka itu nyata. Setidaknya bagi para astronom yang
menemukan planet di luar Tata Surya dengan label HD189733b ini.
Hasil pengukuran sekelompok astronom gabungan dari University of Geneva dan
Bern University, Swiss, menunjukkan atmosfer eksoplanet itu bagaikan neraka.
Kecepatan angin planet tersebut diperkirakan mencapai 1.000 kilometer per
jam dengan suhu di atas 3.000 derajat Celsius.
"Suhunya melebihi matahari, mungkin seperti neraka," kata
Aurelien Wyttenbach, pakar magnetik sains yang juga anggota penelitian, seperti
dikutip Science Daily.
Pengukuran suhu atmosfer planet di luar Tata Surya (eksoplanet) itu
dilakukan dengan presisi tinggi. Para peneliti menggunakan dua pendekatan,
yakni pendekatan yang didasari spektrometer HARPS, alat optik untuk
menghasilkan garis spektrum cahaya dan mengukur panjang gelombang serta
intensitasnya dan cara baru menafsirkan natrium.
Dengan suhu mencapai 3.000 derajat Celsius dan angin yang berembus dengan
kecepatan ribuan kilometer per jam, atmosfer HD189733b memang sangat
bergejolak.
“Hasil ini membuka mata kita agar berpikir beribu kali jika ingin mendekat
ke atmosfer eksoplanet tersebut," kata Wyttenbach.
Angka ini didapatkan melalui pantauan rembetan spektrum natrium. Unsur ini
banyak beterbangan di atmosfer eksoplanet tersebut dan diamati dengan teleskop
European Star Observatory di Cile.
Temuan tersebut diterbitkan dalam dua jurnal, yakni Astronomy &
Astrophysics serta Astrophysical Journal Letters.
Diidentifikasi
Lebih jauh tim menyebut, ketika berada di atmosfer, natrium menjadi sumber
sinyal yang mudah dikenali. Intensitasnya bervariasi selama planet tempat
bernaungnya mengorbit pada bintang. Kandungan ini telah diidentifikasi pada
tahun 2000, tapi baru diamati dua tahun kemudian dengan menggunakan teleskop
ruang angkasa Hubble.
Sementara itu, pengamatan terhadap kandungan ini dari bumi hanya bisa
dilakukan dengan menggunakan teleskop raksasa berdiameter 8-10 meter.
Astronom dari UNIGE kemudian memiliki ide mengamati natrium dengan
spektrometer HAPRS. Dengan pengamatan selama bertahun-tahun, Wyttenbach dan
timnya akhirnya mampu mendeteksi variasi dalam garis natrium selama beberapa
orbit HD189733b.
Uniknya, analisis data HARPS di bumi menghasilkan deteksi setara dalam hal
sensitivitas dibanding teleksop ruang angkasa Hubble.
Bahkan, tutur Wyttenbach, jauh lebih baik dalam resolusi spektral. Karena
itu, ia mengklaim, pengamatan dengan spektrometer HARPS memungkinkan analisis
jauh lebih kuat ketimbang Hubble, meski diameternya lebih sederhana ketimbang
Hubble.
Dalam penelitian lainnya, Kevin Heng dari Bern University, mengembangkan
teknik terbaru untuk menafsirkan variasi garis natrium. Alih-alih menggunakan
model komputer canggih, ia hanya membuat satu rumus sederhana yang memungkinkan
analisis variasi suhu, kepadatan, dan tekanan dalam atmosfer.
Kedua penelitian tersebut, menurut Wyttenbach, akhirnya akan membuka jalan
untuk menjelajahi atmosfer di eksoplanet lainnya dengan cara yang lebih mudah
diakses.
Apps
Bisnis.com available on: