4 Mata Uang Ini Bernasib Lebih Buruk dari Rupiah
Reporter :
Syahid | Jumat, 14 Agustus 2015 07:01
Salah satunya bahkan mata uang dari negara kaya.
Dream - Gubernur Bank Indonesia (BI)
Agus Martowardojo melaporkan hasil kajian kondisi ekonomi Indonesia pada
kuartal II 2015. Hasilnya menunjukkan, tren depresiasi Rupiah terhadap
Dollar Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Kondisi ini didorong
oleh penguatan Dollar AS di seluruh dunia.
"Rupiah melemah secara rata-rata 2,47 persen Q to Q ke level Rp
13.131 pada triwulan kedua dari Rp 12.807 per Dolar AS pada triwulan
sebelumnya," kata Agus Martowardojo di Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2015.
Agus menjelaskan, pemicu besar dari pelemahan nilai tukar rupiah
berasal dari kekhawatiran investor terhadap kenaikan suku bunga acuan
The Fed. Investor juga sempat cemas dengan tak kunjung rampungnya
penyelesaian krisis Yunani beberapa waktu lalu.
Dalam beberapa hari terakhir, lanjut Agus, nilai tukar rupiah anjlok tajam akibat adanya devaluasi Yuan Tiongkok.
"BPOC mendepresiasi 1,9 persen, diikuti devaluasi 1,6 persen pada 12 Agustus 2015," kata Agus.
Kinerja Negeri Tirai Bambu itu menunjukan pelemahan dalam kinerja ekspor, capital outflow serta cadangan devisanya.
"(Kondisi itu) berdampak negatif terhadap mayoritas mata uang negara termasuk Indonesia," tukas Agus.
Akibat kondisi ekonomi Tiongkok yang memburuk, kurs rupiah terhadap
dolalr AS melemah 10,12 persen sejak awal tahun hingga 12 Agustus 2015.
Namun Agus memastikan, pelemahan ini tak hanya dialami rupiah. Dari
catatan BI, kurs Won Korea terhadap dolar AS secara year to date (ytd)
juga sudah melemah 8,35 persen, Baht Thailand turun 6,62 persen, dan Yen
Jepang terkoreksi 3,96 persen.
"Pelemahan Rupiah masih lebih baik daripada Malaysia 13,16 persen,
Turki 16,23 persen, Brasil 29,4 persen dan Australia 10,6 persen," tutup
Agus. (Ism)