Rekonstruksi Eksekusi Engeline



Margareith Ogah Rekonstruksi Eksekusi Engeline
Digantikan Penyidik, Tak Membantah
Jawapos -7/07/15, 05:20 WIB
DENPASAR – Rekonstruksi kasus pembunuhan Engeline, 8, di rumah orang tua angkatnya, Jalan Sedap Malam No 26, Denpasar Timur, kemarin (6/7) sempat ricuh. Kedatangan Margareith, tersangka pembunuhan gadis kecil yang diangkatnya sebagai anak itu, dan Agustinus, pembantunya, menyulut kemarahan warga. Teriakan dan cemoohan ditujukan kepada para tersangka.
Margareith datang dengan dikawal mobil rantis pengendalian massa. Menyusul Margareith, tersangka Agus tiba di TKP dengan menggunakan mobil Barracuda kecil milik Brimob.

Kedua tersangka tiba di tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 10.30. Mereka langsung dibawa masuk ke rumah tersebut. Ratusan warga yang ingin melihat rekonstruksi berkumpul sejak pagi di ruas Jalan Sedap Malam. ”Bunuh!” Itulah satu kata yang berkali-kali diteriakkan oleh warga ketika menyaksikan Agus dan Margareith, yang sama-sama menggunakan baju tahanan berwarna oranye.

Sebelum tiba di rumah berpagar cokelat tersebut, Agus dikeluarkan dari sel Provos Polda Bali dan Margareith dijemput dari sel tahanan Mapolda Bali. Margareith ditemani satu anggota provos dan seorang penyidik perempuan. Sementara Agus ditemani seorang penyidik serta dikawal anggota Brimob dan buser berseragam lengkap.

Terkait dengan hal tersebut, Kabidhumas Polda Bali Kombespol Hery Wiyanto menyampaikan bahwa yang akan dilakukan merupakan rekonstruksi kasus kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa Engeline. ”Kami mengagendakan untuk rekonstruksi kasus kekerasan yang menyebabkan hilangnya nyawa Ang (Engeline, Red) dengan tersangka M (Margareith) dan A (Agus),” terang Hery.

Dia menambahkan, dengan rekonstruksi tersebut, pihaknya dapat mengetahui peran tiap-tiap tersangka. ”Itulah nanti yang dibawa oleh penyidik ke JPU (jaksa penuntut umum) sebagai kelengkapan berkas, kemudian untuk meyakinkan hakim dalam memutus perkara ini,” lanjut dia.

Hery juga mengatakan bahwa pihaknya tidak menutup kemungkinan adanya tersangka baru yang ditetapkan setelah rekonstruksi. ”Tetapi, saat ini kami masih fokus terhadap kedua tersangka. Namun, apabila di perjalanan penyidikan nanti memang ada tersangka lain, ya memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya,” tegas mantan Kabidhumas Polda Bengkulu tersebut.

Tak berbeda dari yang disampaikan sebelumnya, terang dia, pihaknya belum dapat menentukan motif di balik pembunuhan Engeline. Sebab, penyidikan memang belum selesai.

Sementara itu, sekitar pukul 08.25, petugas dari Polresta Denpasar dan Polda Bali mensterilkan TKP sebelum rekonstruksi dimulai. Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Bali, dua peleton Pengendalian Massa (Dalmas) Polresta Denpasar diturunkan untuk mengamankan TKP. Bukan hanya dalmas, Satlantas Polresta Denpasar dan sejumlah pecalang pun turut diterjunkan untuk mengamankan arus lalu lintas di sekitar lokasi.

Dua saksi, yakni Rahmat Handono dan Susiani, juga tiba bersama pendamping hukum P2TP2A Kota Denpasar Siti Sapurah alias Ipung. Dalam rekonstruksi tersebut, Handono dan Susiani, yang menyewa kamar di rumah Margareith, menjalani 17 dari total 81 adegan yang dilakukan tepat pada hari Engeline dibunuh Sabtu silam (16/5). ”Ada 17 adegan, itu sebelum mereka berangkat kerja sampai pukul 01.00 pada 16 Mei 2015. Saat itu Engeline masih beraktivitas seperti biasa,” terang Ipung.

Ipung menambahkan, 81 adegan tersebut adalah kegiatan Engeline dan tersangka sehari-hari, mulai pagi –yaitu memberi makan ayam, mengepel, dan memberi makan anjing– hingga Engeline dibunuh, lalu dikubur di belakang rumah. ”Ini baru sampai saksi berangkat kerja. Nanti sepulang kerja, akan ada adegan lagi,” lanjutnya.

Meski sempat molor karena menunggu kuasa hukum Margareith yang tak kunjung datang, akhirnya rekonstruksi dimulai sekitar pukul 11.00. Tepatnya setelah kuasa hukum Margareith yang terdiri atas Dion Pongkor, Jeffry Kam, Posko, dan Aldres Napitupulu tiba di TKP. 

Bahkan, tak sedikit warga yang menanti karena penasaran dengan Hotma Sitompoel yang selama ini menjadi kuasa hukum Margareith. Namun sayang, Hotma tak mendampingi kliennya.
Kedatangan empat pengacara tersebut disusul dengan kehadiran anak Margareith, yakni Yvonne dan Christine. Kedatangan dua kakak angkat korban itu juga menyulut emosi warga.

Sebaliknya, kuasa hukum Agus, yakni Hotman Paris Hutapea dan Haposan Sihombing, telah siap di TKP bersamaan dengan kedatangan kliennya. Hotman mengatakan, kliennya sehat dan siap untuk menjalani rekonstruksi. ”Klien kami dalam kondisi fit,” ujar dia.

Hotman menyatakan, meski Agus berada di TKP bersama Margareith, keduanya tidak berinteraksi. ”Jarak mereka sekitar 2 meter lah, tetapi diawasi juga oleh petugas. Mereka tidak berinteraksi,” lanjutnya.

Rekonstruksi itu berlangsung tertutup. Haposan menyampaikan, rekonstruksi dimulai dari kamar Agus, berlanjut ke kamar Margareith, kemudian di lokasi penguburan Engeline. ”Rekonstruksi kan sudah di kamar Agus, sekarang TKP di kamar tersangka M. Kemungkinan dari kamar Agus, baru ke kamar M, kemudian ke TKP penguburan,” jelas Haposan.

Pada pukul 15.41, Hotman keluar dari TKP dan menyampaikan kepada awak media bahwa kliennya menjalani 81 adegan dengan tenang dan lancar. ”Penguburan ada di adegan ke-80 dan disaksikan oleh Margareith. Bahkan, yang memutar jenazah Engeline itu Ibu Margareith,” terang Hotman.

Menurut Hotman, dalam rekonstruksi tersebut, TKP pembunuhan Engeline adalah kamar Margareith. Situasi itu, papar dia, dapat membuat penyidik yakin bahwa pelaku utama pembunuhan Engeline adalah ibu angkatnya. ”Pembunuhan dilakukan pada adegan ke-50-an,” lanjutnya.

Saat rekonstruksi, Margareith menolak melakukan adegan. Menurut Hotman, itu tidak menjadi masalah karena Margareith diperankan oleh penyidik. Margareith tidak menyangkal ataupun mengiyakan adegan-adegan dalam rekonstruksi tersebut.

Selisih pendapat juga sempat terjadi antara Agus dan Margareith. Sebab, ada keterangan Agus yang tidak diakui oleh Margareith. ”Sebelum adegan ke-20, Agus sempat marah, lalu membanting tiang dan bilang, ’Bohong!’” ujar Hotman, menirukan apa yang dilakukan Agus.

Menurut Hotman, dalam rekonstruksi, ketika Engeline sudah tergeletak di kamar Margareith, Agus dikatakan sedang berdiri di depan kamar. Padahal, menurut Agus, saat itu dirinya dipanggil oleh Margareith serta menyaksikan Engeline sudah tergeletak, dijambak, dan dibenturkan.

Berbeda dengan Agus yang sempat emosional, Margareith sama sekali tidak menunjukkan kemarahan. Bahkan, papar Hotman, janda tersebut sering tersenyum.

Meski demikian, Hotman sedikit lega karena kliennya akan aman dari dugaan pembunuhan. ”Sampai hari ini (kemarin, Red) dan ke depan, Agus sepertinya akan aman dari dugaan pembunuhan. Meski memang benar dia membantu mengubur Engeline atas perintah Margareith,” katanya sambil tergesa-gesa agar tidak ketinggalan pesawat untuk kembali ke Jakarta.

Setelah adegan penguburan jenazah Engeline, Agus dan Margareith masih akan menjalani adegan ketika Handono dan Susiani pulang kerja. Juga adegan saat Ibu Rohana dan Yvonne mendatangi kediaman Margareith sebelum memutuskan untuk melaporkan hilangnya Engeline kepada kelian adat. ”Rekonstruksi ini sesuai dengan BAP Agus yang terakhir,” tambah Haposan.

Dia menuturkan, tidak ada tambahan di luar BAP Agus tersebut dan Margareith tidak mau memperagakan adegan pembunuhan Engeline. ”Margareith mau memerankan adegan yang menguntungkan buat dia. Adegan pembunuhan, dia tidak mau memperagakan, makanya digantikan oleh penyidik. Sedangkan setelah Ibu Rohana dan Yvonne datang, dia mau memperagakan,” jelasnya.

Haposan juga menyampaikan, dalam rekonstruksi tersebut, juga ada adegan ketika Agus diminta menyundut rokok ke punggung Engeline. Namun, karena Agus enggan, Margareith-lah yang akhirnya melakukannya. ”Adegan pemerkosaan juga tidak ada dalam rekonstruksi tadi. Jadi, keseluruhan adegan ada 98,” lanjutnya.

Sementara itu, kuasa hukum Margareith, Jeffry Kam, mengakui bahwa kliennya tidak mau memperagakan adegan seperti yang ada di BAP Agus. ”Rekonstruksi itu kan memperagakan fakta-fakta dalam BAP. Jadi, kalau itu bukan fakta yang terjadi, ya klien kami tidak mau memperagakan,” terangnya.

Sedangkan mengenai emosi Agus yang sempat meledak karena menganggap Margareith berbohong, dia memandang bahwa hal tersebut sangat mengagetkan. Sikap Agus yang emosional menjadi pertanyaan di benaknya. ”Apa iya orang yang seemosional seperti itu bisa disuruh dan diancam oleh nenek-nenek umur 50 tahun? Itu yang menjadi pertanyaan,” tegasnya.

Kepala Kedokteran Forensik RS Sanglah Dudut Rustyadi juga hadir dalam rekonstruksi pembunuhan Engeline. Korban diperankan oleh remaja berumur 17 tahun yang menggunakan baju berwarna biru. Rustyadi menyampaikan bahwa kehadirannya tidak lain bertujuan memastikan apakah adegan kekerasan tersebut sesuai dengan luka-luka yang ada di tubuh Engeline. ”Ada banyak kesesuaian hasil otopsi dengan proses rekonstruksi,” ujarnya. (ras/ken/yes/c11/end)