Gus Dur Diusulkan Jadi Wali ke-10
Kata-kata yang
diucapkan Gus Dur sering menjadi kenyataan.
Rabu, 3 Juni 2015 |
06:37 WIB
Oleh : Dedy Priatmojo, Dody
Handoko
Makam Abdurahman
Wahid (Gusdur) di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang (VIVA/Dody Handoko)
VIVA.co.id - Di pemakaman
mantan Presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, di komplek Pesantren Tebu
Ireng Jombang, Jatim, terdengar banyak peziarah yang menambah kalimat tahlil
sambil menangis, "Laa ilaaha illallah, Muhammadurrasulullah, Gus Dur
waliyullaah," (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah,
dan Gus Dur adalah wali Allah).
Meski banyak yang tidak percaya, banyak juga
yang percaya bahwa Gus Dur adalah seorang wali, yakni, manusia yang oleh Allah
diberi kemampuan khusus untuk mengetahui dan mengantisipasi hal-hal yang belum
terjadi.
Selama ini, masyarakat jawa mengenal Wali
Sanga, atau wali sembilan di tanah Jawa. Kini, ada usulan almarhum mantan
Presiden RI Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur dinobatkan sebagai wali ke-10.
Usulan itu datang dari mantan juru bicara
kepresidenan, saat Gus Dur menjadi Presiden, Yahya C. Staquf. Pernyataan Yahya
ini disampaikan, ketika ditemui di rumahnya yang di Jl. Bisri Mustofa,
Kota Rembang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Gus Dur bagi banyak warga Nahdliyyin adalah
"wali", sekaligus "orang suci" sejak waktu yang sudah cukup
lama, ketika ia masih hidup. Banyak hal berkaitan dengan gaya hidup,
pernyataan, dan tindakan Gus Dur sehari-hari yang bagi kalangan masyarakat
tertentu sangat kontroversial, nyleneh , dan sulit dipahami; namun bagi banyak
warga Nahdliyyin justru merupakan pertanda ‘kewalian’ Gus Dur.
Bagi banyak warga Nahdliyyin, seorang wali
sederhananya tidak bisa dipahami dengan logika lurus, atau menggunakan
pandangan dan indrawi kasat mata belaka. Ketika meninggal namanya pun semakin
harum.
Yahya melihat, kecintaan umat yang begitu
besar pada Alm. Gus Dur terlihat dari ribuan peziarah yang mengunjungi makam
Gus Dur. ”Orang-orang yang berziarah ke makam Walisongo pasti menyempatkan
untuk berziarah juga ke makam Gus Dur di Jombang. Malah justru sekarang
terbalik ke makam Gus Dur dulu, baru pulangnya ziarah ke wali yang lain,” ujar
Yahya.
Yahya mengungkapkan, peziarah yang datang ke
makan Gus Dur banyak yang menangis. Mereka bukan hanya warga biasa. Banyak
orang berpendidikan yang melakukan hal sama.
"Banyak yang menangis itu bukan orang
biasa, tetapi ada yang bergelar doktor," ujar Yahya.