Dilema Perempuan di Tengah
Kapitalisme
Ditengah - tengah kapitalisme yang sedang marak sekarang banyak perempuan
yang mengalami dilema?
Mengapa demikian ?! Karena perempuan
semakin banyak yang meninggalkan keluarganya untuk bekerja, baik dalam keadaan
terpaksa maupun sukarela.
Terpaksa
karena penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi kehidupan sehari - hari dan
Sukarela karena para perempuan bekerja semata – mata hanya untuk membantu peran
suami dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Serta
mereka saling melengkapi kebutuhan keluarga agar tercipta kehidupan yang
sejahtera.
Kapitalisme
sendiri merupakan sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat
produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan
dalam ekonomi pasar. pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya.
Demi prinsip
tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna
keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran
untuk kepentingan-kepentingan pribadi.
Dunia saat ini
semakin ramai dengan berbagai macam penawaran pekerjaan yang diperuntukan bagi
para kaum wanita.
Masalah umum yang dihadapi adalah kecenderungan perempuan terpinggirkan pada jenis-jenis pekerjaan yang berpenghasilan rendah, kondisi kerja buruk dan tidak memiliki keamanan kerja.
Hal yang perlu digaris bawahi bahwa kecenderungan perempuan terpinggirkan pada pekerjaan marginal dan tidak semata-mata disebabkan faktor pendidikan.
Dari kalangan pengusaha sendiri, terdapat preferensi untuk mempekerjakan perempuan pada sektor tertentu dan jenis pekerjaan tertentu karena upah perempuan lebih rendah dari pada laki-laki.
Hal yang perlu digaris bawahi bahwa kecenderungan perempuan terpinggirkan pada pekerjaan marginal dan tidak semata-mata disebabkan faktor pendidikan.
Dari kalangan pengusaha sendiri, terdapat preferensi untuk mempekerjakan perempuan pada sektor tertentu dan jenis pekerjaan tertentu karena upah perempuan lebih rendah dari pada laki-laki.
Ketika dunia saat ini sedang
ramai memperbincangkan kesenjangan dalam masyarakat dan bahaya yang mengancam
akibat pesatnya kemajuan teknologi,
Hebert Marcuse seorang
filsuf Jerman yang juga Teoritikus Politik & Sosiologi, hadir dengan kritikan yang
menyebutkan bahwa masyarakat industri modern adalah masyarakat yang tidak
sehat. Dalam bukunya
“One-Dimensional Man”,
Marcuse melihat masyarakat modern sebagai masyarakat berdimensi satu.
Maksudnya, segala segi
kehidupan diarahkannya pada satu tujuan saja, yaitu keberlangsungan dan
peningkatan sistem yang telah ada, yang tidak lain adalah sistem kapitalisme.
Karena satu tujuan, itu
berarti menyingkirkan dan menindas dimensi-dimensi yang lain yang tidak setuju
atau sesuai dengan sistem tersebut.
Hal tersebut bisa lancar dan
efektif dilaksanakan karena dengan adanya teknologi modern dan kemampuannya
menciptakan kemakmuran bagi warganya dan pengaturan masyarakat yang serba
rasional dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang hidup pada tahap-tahap
masyarakat sebelumnya menimbulkan protes dan konfik sosial.
Sehingga, masyarakat yang
tinggal dalam masyarakat tersebut dibuat menjadi pasif dan reseptif.
Tapi menurut Marcuse, semua
itu baru luarnya saja yang bisa mengelabui mata, namun belum menyangkut hakekat
manusia seutuhnya.
Kemajuan di bidang material
perlu ditinjau apakah hal itu juga membawa perbaikan di lain bidang seperti
moral, kebudayaan dan kehidupan keagamaan, misalnya.
Untuk itu perlu diselidiki
dan ditanyakan apakah motivasi perkembangan yang terjadi sekarang ini,
bagaimana proses terjadi dan akibat-akibat negatif yang mungkin ditimbulkan
apabila perkembangan seperti itu terus marak terjadi.
Dalam segi sosial-politik,
Marcuse beranggapan bahwa masyarakat industri modern, berkat penguasaan dan
pengaturannya atas teknologi, cenderung ke arah totaliterisme.
Daya kekuatan mesin yang
melampaui tenaga manusia menjadi alat politik yang paling ampuh.
“Rasionalitas teknologis”
menampakkan sifat politisnya dengan menjadi alat penindasan yang lebih ampuh.
Sehingga, masyarakat
kehilangan fungsi kritisnya. Teknologi juga menjadi alat pengendali sosial
dengan kemampuannya mencegah timbulnya perubahan sosial kualitatif.
Kasus yang sedang merebak dan sedang hangat dibicarakan dalam dunia global saat ini salah satunya adalah Tenaga Kerja Wanita, Sistem kapitalisme memelihara kondisi lingkungan yang materialistik dan konsumtif.
Kasus yang sedang merebak dan sedang hangat dibicarakan dalam dunia global saat ini salah satunya adalah Tenaga Kerja Wanita, Sistem kapitalisme memelihara kondisi lingkungan yang materialistik dan konsumtif.
Agar
sistem ini tetap bertahan, salah satunya dengan meluncurkan genjatan propaganda
yang mendukung sistem melalui berbagai media.
Contoh
hal kecil yang sering terjadi adalah perempuan Indonesia yang notabene memiliki
kulit berwarna kuning langsat diserbu dengan propaganda bahwa cantik itu
berkulit putih.
Maka,
berlomba-lombalah wanita Indonesia membeli produk-produk pemutih kulit.
Padahal,
jika dianalisis lebih jauh sebenarnya kulit orang - orang di Asia, termasuk
Indonesia yang terlewati garis khatulistiwa, lebih sehat dan cantik karena
pancaran dari sinar matahari yang cukup.
Tidak
seperti kulit orang - orang Eropa yang cenderung putih pucat karena
kurangnya pancaran sinar matahari.
Untuk
dapat membeli produk pemutih kulit tersebut tentu memerlukan uang. Sehingga,
para perempuan pun tidak sedikit yang bekerja untuk membeli berbagai barang dan
jasa yang telah dipropagandakan oleh para kapitalis.
Inilah
cara para kapitalis membuat orang terdoktrin propaganda dan akhirnya membentuk
kondisi lingkungan yang materialistik di samping konsumtif.
Dari
salah satu contoh kecil yang saya angkat, saya mempunyai beberapa solusi kepada
masyarakat sebagai konsumen dan kepada pemerintah sebagai berikut :
1.
Masyarakat sebaiknya tidak konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan tersiernya, akan
tetapi masyarakat harus lebih
mengutamakan kebutuhan primernya,
2.
Masyarakat lebih selektif dalam menerima produk – produk yang di tawarkan kaum kapitalis
3.
Pemerintah harus mempersulit perizinan masuknya produk – produk ke dalam negeri,
4. Pemerintah
menambah jumlah lapangan pekerjaan khususnya bagi para kaum wanita.
Penulis : Lidya Intan Fateka Mahasiswa ILMU PEMERINTAHAN FISIP
UNDIP
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru