PENJAJAHAN
KAPITALISME
Pernah
mendengar Perbudakan tenaga kerja? Itu adalah salah satu ciri dari Kapitalisme.
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menegaskan para capital (modal).
Dalam Kapitalisme peran swasta lebih dominan dalam perdagangan, industry dan
alat-alat produksi untuk meningkatkan keuntungan dalam ekonomi pasar. Teori
tentang Kapitalisme oleh Herbet Marcuse dalam One Dimensional Man (1991),
“kapitalisme yang didorong oleh teknologi, telah mengembangkan untuk mengisi
semua ruang sosial kita; telah menjadi suatu semesta politis serta psikologis.
Kekuasaan totalitarian ini mempertahankan hegemoninya dengan merampas fungsi
kritisnya dari semua oposisi, yaitu kemampuannya berpikir negatif mengenai
sistem, dan dengan memaksakan kebutuhan-kebutuhan palsu melalui iklan, kendali
pasar, dan media. Maka, kebebasan itu sendiri menjadi alat dominasi, dan akal
menyembunyikan sisi gelap irasionalitas”.
Di
abad modern ini, Kapitalisme telah sukses membangun sebuah peradaban manusia
pemangsa. Keadaan ini merupakan akibat dari terciptanya kesenjangan global yang
ekstrim. Dengan keadaan global yang ekstrim ini maka menyebabkan migrasi massal
ekonomi dari Negara-negara yang lebih miskin. Contohnya yaitu mencari pekerjaan
walaupun dengan upah rendah, lingkungan kerja yang buruk, bahkan adanya
keistimewaan hak-hak para majikan. Hal-hal inilah yang merupakan akibat dari
kebijakan deregulasi pasar bebas Kapitalis yang memang nyatanya lebih
menghargai keuntungan materi dibandingkan martabat manusia. Dan juga hal ini diakibatkan oleh watak asli
si Kapitalisme yang dimana menurutnya keuntungan materi itu suci.
Sasaran
empuk dari sistem Kapitalisme ini adalah para tenaga kerja wanita. Apalagi para
perempuan yang lemah, mereka akan menjadi korban dari banyak predator
Kapitalis. Mulai dari majikan, perusahan perekrut tenaga kerja, serta penguasa
Negara asal buruh migran yang inkompeten mensejahterakan rakyatnya didalam
negeri. Krisis kapitalisme berkonsentrasi pada meluasnya cakupan penindasan
sehingga seluruh aspek itu menjadi sasaran penindasan. Sistem Kapitalisme yang
sedang eksis ini menambah produksi untuk keuntungan, semakin mengorbankan
kepentingsn rakyat yang nyatanya yaitu terjadi perampasan tanah rakyat.
Dalam
Manifesto Komunis, kedua filsuf
terkenal yaitu Marx dan Engels menyebut ada dua kelas yaitu kelas pertama
sebagai kelas borjuasi dan yang kedua sebagai kelas proletariat. Borjuasi ini
adalah mereka yang membeli tenaga kerja ke pasar dengan harga tertentu. Nah
disini para tenaga kerja tentunya pergi ke pasar untuk menjual tenaganya kepada
borjuasi. Dan proses ini akan berakhir jika terjadinya kesepakatan. Dengan
borjuasi memiliki tenaga kerja, mereka berhak menggunakan, mengatur, dan
mengontrol tenaga kerja tersebut untuk menghasilkan komoditi yang akan
dipertukarkan di pasar dengan semaunya.
Para
tenaga kerja bahkan menjadi sasaran yang sangat empuk bagi kaum kapitalis! Para
tenaga kerja yang lemah dan bahkan ingin bekerja apapun asal dibayar dengan
uang. Di dalam sistem Kapitalisme, pasar memegang kekuasaan penuh dan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya. Bagi salah satu filsuf terkenal yaitu Marz
“esensi kapitalisme pertama-tama dan utama adalah hubungan antar manusia, bukan
hubungan antara manusia dengan benda, apalagi hubungan diantara benda-benda”.
Dari kutipan tersebut hubungan antara manusia yang dimaksud Marx adalah
hubungan antara pemilik alat produksi yang meraih keuntungan tanpa batas dengan
mereka yang tersaing dari alat-alat produksi yang untuk hidup mereka harus
menjual tenaganya kepada pemilik alat-alat produksi. Esensi Kapitalisme adalah
hubungan antar manusia? Hubungan antara majikan dengan tenaga kerja adalah
salah satu contohnya. Para majikan adalah seorang borjuasi, dimana mereka
membeli tenaga kerja, dan juga para tenaga kerja menjual tenaganya ke borjuasi.
Akhir-akhir
ini Negara Indonesia dihantui oleh kasus-kasus yang dimana berhubungan dengan
perbudakan tenaga kerja serta kekerasan pada tenaga kerja. Para majikan diluar
negeri yang tega menganiaya dan menyiksa tenaga kerja buruh Indonesia sudah sesuatu
hal yang tidak asing lagi di telinga kita. Mereka menyikapi tenaga kerja buruh
Indonesia dengan seenaknya tanpa memikirkan akibatnya. Tenaga kerja wanita
menjadi salah satu tenaga kerja yang banyak dianiaya majikan di luar negeri.
Padahal tenaga kerja Indonesia ini diiming-imingi akan diperlakukan dengan
baik, diberi gaji yang tinggi, serta diberi tempat tinggal yang nyaman.
Iming-imingan
itulah yang menyebabkan para tenaga kerja Indonesia lebih ingin bekerja di luar
negeri dibandingkan di Indonesia yang terlihat jelas bahwa Indonesia kekurangan
lapangan pekerjaan. Para tenaga kerja Indonesia banyak yang bekerja Negara
kapitalisme. Dan TKI juga banyak bekerja di Kanada, Malaysia, Hongkong, Arab
Saudi, dan Negara timur lainnya. Salah satu contoh yaitu kasus TKI yang terjadi
pada awal tahun 2014, Erwiana Sulistyaningsih buruh migran yang disiksa
majikannya dan akhirnya pulang ke Indonesia dengan keadaan tubuh yang sangat
menyedihkan, Kapitalisme lah biang
keroknya.
Bagaimana
tanggapan pemerintah Indonesia terhadap kasus penyiksaan TKI yang semakin
bertambah? Apakah ini kesalahan agen pengiriman TKI yang kurang memperhatikan
TKI yang dikirimnya? Di Indonesia adanya agen pengiriman TKI yang legal dan
illegal, bahkan TKI dari agen legal pun tetap banyak disiksa, apalagi dari agen
yang illegal. Mereka yang diiming-imingi akan nyaman bekerja di negeri sana,
tapi kenyataannya mereka malah disiksa dan diperlakukan secara tidak manusiawi
dan ini merupakan pelanggaran HAM. Kasus perbudakan TKI ini tidak boleh
dianggap remeh oleh pemerintah Indonesia, ataupun pemerintah hanya diam dan
tutup mata, karena persoalan TKI di luar negeri bisa menjadi bom waktu. .
Dari
kasus yang saya ambil, saya menawarkan beberapa solusi yang ditujukan kepada
pemerintah yaitu :
1. 1. Perlu keseriusan pemerintah karena TKI
merupakan aset negara yang harus di pesiapkan dengan baik, agar kualitas TKI
lebih profesional.
2. 2.
Pemerintah hendaknya bekerja sama dengan
perusahaan jasa pengiriman TKI untuk mendata dan memantau calon secara khusus,
3.
3. Pekerja dan agen pengirim harus selektif
memilih majikan agar tidak terjadi yang tidak diinginkan,
4.
4. Pemerintah seharusnya lebih banyak
menyediakan lapangan pekerjaan agar jumlah TKI berkurang
5.
5. Pemerintah Indonesia sebaiknya hanya
mengirim tenaga kerja yang terlatih, karena kaum professional ini tidak begitu
rentan aksi penyiksaannya,
6. 6.
Komnas HAM seharusnya lebih sigap dan
tanggap terhadap kasus TKI.
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru