Konflik
Kelenteng Blora
Sesepuh
warga Tionghoa Blora Oei Ping Tjiaw, mantan ketua kelenteng di era 2002
INFOKU, BLORA - Dua yayasan orang Tionghoa yang
berada di tempat ibadah Tri Dharma (TITD) Kelenteng Hok Tik Bio, terjadi silang
pendapat hingga akhirnya berseteru.
Yayasan yang berseteru adalah
Yayasan TITD Hok Tik Bio dan Yayasan Budi Dharma, yang merupakan perkumpulan
kematian.
Selama puluhan tahun, yayasan
tersebut berada di lingkungan kelenteng. Namun, saat ini yayasan tersebut
diminta oleh pengurus kelengteng keluar dari lingkungan tempat ibadah itu.
Akibatnya, yayasan tersebut
melakukan perlawanan.
Awal silang sengketa pendapat itu
bermula pada bula Juli lalu. Saat itu, terbit surat dari Yayasan TITD Hok Tik
Bio, yang menyatakan jika Yayasan Budi Dharma menempati tanah di lokasi milik
yayasan TITD.
Padahal, kedua yayasan tersebut
merupakan yayasan yang mengurusi hajat hidup warga Tionghoa di Blora, mulai
dari beribadah hingga upacara kematian.
Karena Yayasan Budi Dharma menolak
”diusir” dari lingkungan kelenteng, maka pada 22 September lalu, muncul somasi
untuk yayasan tersebut.
Jika dalam waktu tiga hari tidak menghentikan
pekerjaan rehabilitasi bangunan untuk gudang dan ruang menyimpan mobil jenezah,
maka akan dituntut secara pidana dan perdata.
Namun, ancaman tersebut tidak
diindahkan Yayasan Budi Dharma, sehingga terus melakukan perbaikan bangunan.
Kekisruhan tersebut sudah didengar
Pemkab Blora, dan melakukan mediasi. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan
hasil.
Salah satu tokoh warga Tionghoa
Blora, Agus Wibisono alias Oei Ping Tjiaw mengaku siap mati memertahankan
Yayasan Budi Dharma tetap di kelenteng. Lelaki berusia 80 tahun itu merupakan
mantan ketua kelenteng di era 2002.
”Saya sangat menyayangkan tindakan
pengurus kelenteng saat ini, yang akan memidanakan Yayasan Budi Dharma. Mereka
itu beragama atau tidak. Padahal, inti agama itu kan kasih. Kalau mengaku
beragama, mengapa yayasan sosial untuk warga kita harus diusir,” keluh Oei Ping
Tjiaw, JUmat (24/10).
Oei Ping Tjiaw menjelaskan, sejak
kecil dirinya tinggal di dekat kelenteng.
Sehingga, dia mengaku tahu persis
sejarah kelenteng. Ia tidak rela, kalau pengurus kelenteng berlaku
sewenang-wenang.
”Kelenteng itu berdiri dari sumbangsih leluhur
warga Tionghoa Blora. Jadi, semua asetnya juga mestinya untuk mengayomi warga
Blora. Saya akan berdiri paling depan, untuk menentang diusirnya Yayasan Budi
Dharma dari kelenteng,” tegasnya. (Endah/HID)
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru