Fenomena Pemilu
legislatif
Uang Rakyat kembali ke Rakyat
(Penulis Drs Ec Agung Budi Rustanto – Pimpinan Redaksi
tabloid INFOKU – diolah dari 7 sumber
berbeda)
Memang tidak dapat dipungkiri pemilu legislatif yang
baru selesai digelar Rabu lalu merupakan pestanya rakyat.
Mengapa penulis
katakan pesta Rakyat, karena sebagian besar rakyat khususnya di Blora dapat
merasakan uang dari para calon wakil rakyat.
Apapun istilahnya, seperti uang hadir untuk Kampanye,
uang pengganti kerja atau uang lelah, toh yang mengeluarkan mereka para calon
wakil Rakyat.
Apalagi para calon wakil rakyat yang selama ini
bekerja digaji dari pemerintahan, tentunya gaji yang mereka terima dari uang
rakyat yang digali dari pajak.
Sehingga sangatlah wajar bila uang yang mereka
keluarkan selama kampanye kembali ke rakyat juga.
Menurut saya bila pemberiaan calon wakil rakyat tersebut,
tidak semuanya dikatakan Money Politic.
Politik dan uang mungkin merupakan dua hal berbeda
namun tidak dapat dipisahkan. Untuk berpolitik orang membutuhkan uang dan
dengan uang orang dapat berpolitik.
Istilah politik uang yang dalam bahasa Inggris money
politic mungkin istilah yang sudah sangat sering didengar.
Istilah ini menunjuk pada penggunaan uang untuk
mempengaruhi keputusan tertentu entah dalam Pemilu ataupun dalam hal lain yang
berhubungan dengan keputusan-keputusan penting.
Dalam pengertian seperti ini uang merupakan alat untuk
mempengaruhi seseorang untuk menentukan keputusan. Tentu saja dengan kondisi
ini maka dapat dipastikan bahwa keputusan yang diambil tidak lagi berdasarkan
baik tidaknya keputusan tersebut bagi orang lain tetapi keuntungan yang didapat
dari keputusan tersebut.
Selain pengertian ini, istilah Politik Uang juga dapat
dipakai untuk menunjuk pada pemanfaatan keputusan politik tertentu untuk
mendapatkan uang. Artinya ialah kalangan tertentu yang memiliki akses pada
keputusan politik dapat memanfaatkan keputusan tersebut untuk mendapatkan uang.
Kondisi ini disebutkan oleh Adi Sasono sebagai
"Kapitalisme dalam tenda Oksigen". Penyebutan ini dijelaskan oleh Adi
Sasono sebagai sebuah kondisi dimana pemerintah (penguasa) ikut 'bermain' dalam
seluruh tindakan ekonomi masyarakat dengan melakukan sebuah system ekonomi
tertutup dan protektif.
Keterlibatan pihak pengambil kebijakan dalam system
ekonomi seperti ini menghasilkan ekonomi biaya tinggi yang tidak menguntungkan
rakyat ketika sekelompok orang tertentu melindungi kepentingan pribadi dan
kelompok mereka dengan mengendalikan arus suplai barang kebutuhan masyarakat.
Korupsi Caleg
Korupsi itu adalah mengambil hak-hak
orang lain yang bukan miliknya dengan tujuan untuk kepentingan sendiri atau
untuk kelompok tertentu dengan cara merugikan orang lain.
Bila
dikaitkan dengan para caleg yang mengeluarkan dana besar selama kampanye hal
ini sangatlah dimungkinkan.
Karena
salah satu ciri-ciri koruptor diantaranya, saat pemilihan atau pencalonan diri
sebagai Pemimpin/wakil Rakyat, mereka melakukan kecurangan.
Salah
satu contoh yang di lakukan adalah membeli suara. Disitu jika kita cermati
sebenarnya sudah bisa menyimpulkan dan kita selalu memunculkan tanda tanya apa
maksud para calon koruptor ini.
Dan
kita sebagai Rakyat yang memberikan suara kepada mereka (calon koruptor) tidak
usah tergiur dengan uang, bagi kita uang tak seberapa itu jika di belanjakan
langsung habis, tetapi jika Pemimpin yang jujur itu sulit menemukannya.
Kita
sebagai warga Indonesia yang baik seharusnya bisa membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, koruptor terjadi karena Rakyatnya yang salah memilih, Rakyat
kalah dengan uang.
Mulai
saat ini mari kita tunjukan bahwa kita adalah Negara yang hebat, hebat memilih
Pemimpin.
Kalau
anda kurang setuju, mari kita kupas lagi masalah Pemimpin yang mudah keluar
jalur sebagai kePemimpinannya.
Disini
kita ambil contoh partai, kenapa kita ambil contoh partai ? karena sebagian
besar para Pemimpin terlahir dari golongan partai.
Sebut
saja Partai
ONI (Ora Nduwe Isin), saat mereka masih akan mencalonkan sebagai
Pemimpin mereka harus membutuhkan suara Rakyat agar si partai bisa memimpin
sebagai wakil Rakyat, dan si partai berjuang agar Rakyat pada memilihnya.
Maka
si partai terjun ke masyarakat dengan cara seolah-olah menebar janji dan
bantuan berupa uang atau berupa pembangunan.
Dan
partai sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak, saat menebar janji biasanya
langkah terakhir partai yaitu memberikan support agar memilih dirinya
(partai) dengan ucapan-ucapan yang cukup manis contoh
“jika
saya nanti terpilih sebagai wakil Rakyat, desa ini akan saya beri bantuan yang
lebih dari ini agar desa lebih maju”… (lho
kenapa begitu, bukannya itu sudah kewajiban wakil rakayat untuk memakmurkan
Rakyatnya).
Nah
jika calon wakil Rakyat seperti itu, penulis yakin memberikan bantuan yang
sudah di berikan tadi itu hanya lantaran ingin mencari suara dari Rakyat saja.
Dan
nanti jika sudah terpilih, si partai akan menguasai Rakyat, entah itu uang,
barang/materi dll.
Biasanya
si partai akan berbuat seenaknya untuk memulihkan uang yang sudah keluar saat
kampanye untuk bantuan ke Rakyat-Rakyatnya, sehimgga di pikiran Pemimpin
(partai tersebut) hanyalah korupsi agar uangnya bisa pulih saat kampanye.
Semoga
saja Wakil Rakyat Kita yang terpilih nantinya adalah Pemimpin yang benar-benar
untuk Rakyat.
Agar
Rakyat miskin bisa hidup makmur, bukannya malah yang kaya di buat kaya yang
miskin di buat sengsara.
Pemimpin
yang baik itu bisa merasakan keadaan Rakyat saat susah maupun senang, jadi
Pemimpin selalu bersama Rakyat, Pemimpin adalah panutan Rakyatnya.#
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru