Berita Foto :
Gubenur Jateng Ganjar Pranowo dalam Kunjungan Kerjanya di Blora, saat
memberikan pelajaran pada siswa SMK 1 (STM ) Blora, sebagai wujud kepedulianya
terhadap pendidikan generasi muda bangsa yang kelak dikemudian hari dapat
membawa kemajuan Bangsa Indonesia. (Foto: Endah)
Tingkatkan Produktifitas Petani Padi Blora Dengan
Tehnik SRI
INFOKU, BLORA- Harapan baru bagi Petani Blora khususnya petani yang
sawahnya kurang air.
Panen
raya padi yang dibudidaya menggunakan teknik SRI (sistem of Rice
Intensification) Gapoktan Margo Mulyo desa Purwosari Kecamatan Kota Blora,
Senin (17/3) hasilnya sangat memuaskan.
Petani
memperoleh hasil panen lebih dari 8,1 ton/hektar, dimana produksi normalnya 6,5
ton/hektar, sehingga ada kenaikan 1,6 ton/hektar.
Metode
SRI, yaitu teknik budidaya padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,
tanah, air dan unsur hara.
Menurut
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan (Dintanbunakikan)
Kabupaten Blora, Sutikno selamet melalui Kepala UPTD Kecamatan Blora, Sukaryo
mengatakan Metode SRI menguntungkan petani karena meningkatkan produksi lebih
dari 25%, bibit berkurang 80-90 %, air irigasi berkurang 25-50 %, pupuk kimia
dikurangi atau ditiadakan, beras yang dihasilkan lebih baik dan sehat untuk
dikonsumsi.
Keuntungan
lain, tanam menggunakan bibit muda umur 7-10 hari dari pesemaian dengan cara
tanam 1 batang setiap lubang atau tanam tunggal, sehingga kebutuhan benih hanya
5-7 kg/hektar. Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam
lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm.
Semakin
lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan
oleh tanaman padi.
Penyebabnya,
sinar matahari bisa mengenai seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga
proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal.
Jarak
tanam yang lebar, jelasnya juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi,
oksigen dan sinar matahari secara maksimal.
Sedangkan
untuk penggunakan pupuk kimia diberikan setengah dari dosis yang biasa
digunakan petani dan lebih banyak menggunakan pupuk organik.
“Bahkan
kalau berani bisa meninggalkan penggunakan pupuk kimia. Kedepan petani tidak
ada ketergantungan pada pupuk kimia ” tandasnya.
Untuk
pengendalian hama, lanjutnya dilakukan dengan sistem PHT (Pengelolaan Hama
Terpadu), pengelolaan unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari,
tanaman, mikroorganisme, air, oksigen dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama
dan penyakit tanaman.
Sukaryo
mencontohkan, petani bisa menggunakan pestisida organik berupa ramuan yang
diolah dari bahan-bahan alami dan musuh alami yang berasal dari jamur dan virus
untuk menghalau hama, seperti wereng, penggerek batang, walang sangit, keong
mas dan burung.
Untuk
pengendalian gulma, metode SRI mengandalkan tenaga manusia dan sama sekali
tidak memakai herbisida, dengan kondisi demikian diharapkan bakteri tanah akan
tetap hidup dan berkembang sebagai penghasil unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Bupati
Blora Djoko Nugroho dalam sambutannya mengatakan hasil panen padi di Kecamatan
Kota Blora bisa dikatakan kerja keras petani, mengingat upaya petani yang penuh
semangat dan kerja keras untuk mewujudkan swasembada pangan. Petani di daerah
lainnya juga bisa belajar dari petani desa Purwosari, bagaimana caranya bisa
mengusahakan budidaya padi dengan hasil yang memuaskan.
“Dinas
Petanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan harus terus menerus mendampingi
petani dalam meningkatkan produktivitas usaha tani padi demi meningkatkan
pendapatan,” kata Bupati Djoko Nugroho.
Peningkatan
sarana prasarana terutama penyediaan air pertanian juga menjadi perhatian
Bupati Djoko Nugroho, karena menurutnya kendala utama pertanian di Kabupaten
Blora adalah ketersediaan air.
“Saya ingin setiap desa memiliki lumbung padi, setiap
UPTD ada mesin untuk memanen padi,” imbuhnya. (Endah)
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru