Warga Minta Pertamina PPGJ Pakai Air Bengawan Solo Untuk Pengolahan Gas
INFOKU, KRADENAN. “Tolak
pengeboran sumur air oleh PPGJ” teriak sejumlah warga Desa Sumber, Kec.Kradenan
saat melalukan unjuk rasa akhir September lalu. Mereka melakukan unjuk rasa
setelah khawatir kehilangan sumber air yang selama ini mengisi sumur-sumur
pompa. Kekhawatiran ini setelah hadirnya proyek gas yang dilakukan Pertamina
Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ).
Sebab,
perusahaan ini akan mengebor sumur air di desa setempat. Air digunakan untuk
pengeboran dan pengolahan gas. Imbasnya warga takut sumber air berkurang.
Padahal sumber air ini juga menjadi pemasok areal pertanian. Kekhawatiran warga
kian memuncak. Tak hanya warga Desa Sumber, akhir September lalu warga Desa
Mendenrejo Kecamatan Kradenan juga ikut bergabung melakukan unjuk rasa. Mereka
menolak pengeboran sumur air yang dilakukan PPGJ.
Sebagai kekesalan,
para pengunjuk rasa memblokir jalan Peting-Kradenan. Mereka merangsek dan
memadati depan kantor IKPT-Adhi Karya selaku kontraktor proyek
pembangunan central processing plant (CPP) pengolahan gas
PPGJ.
“Kami menolak
pengeboran sumur air tanah apapun alasannya. Karena itu akan mematikan sumber
air petani,” kata Sukirno salah satu tokoh desa setempat.
Penolakan
yang dilakukan warga tersebut bukan kali pertama, warga juga pernah melakukan
dialog dengan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Blora, namun belum ada
titik temu. Sebab Dinas ESDM, Pemkab dan PPGJ tak sejalan dengan pemikiran
warga.
Kekhawatiran
warga ini cukup beralasan. Menurut Sukirno, kalau sumur PPGJ dibor
dengan kedalaman 175 meter, tentu akan mengancam sumber air warga yang sumurnya
hanya 45 meter. Apalagi versi warga, PT.PPGJ tidak berkoordinasi dengan petani.
“Mestinya
berkoordinasi dengan warga. Kami tetap menolak pengeboran apapun alasannya,”
tegasnya.
Sukirno
mengatakan, sumur pompa yang digunakan mengairi sawah rata-rata kedalamannya
40-80 meter. Namun rencananya PPGJ akan mengebor sampai 175 meter.
Apalagi PPGJ
akan mengebor sumur lagi. Setelah sebelumnya PPGJ gagal mendapatkan air setelah
mengebor 160 meter.
“Lebih baik
dihentikan saja pengeboran, karena yakin tidak ada sumber air,” tambahnya.
Warga memberi
masukan kepada PPGJ agar mendapatkan air dan tidak mengganggu warga. Sukirno
meminta PPGJ mengambil dan mengolah air dari Bengawan Solo yang hanya berjarak
4 km dari lokasi PPGJ.
“PPGJ hanya
melaksanakan proyek beberapa tahun saja. Kami tinggal di desa ini selamanya,
bagaimana kalau tidak ada air?,” ujarnya.
Penilaian warga, selama 12 tahun menjalankan proyek produksi gas, PPGJ
membutuhkan sedikitnya 2,5 juta meter kubik air atau 2,5 miliar liter. Dan
penggunaan per detik sebanyak 6,4 liter. Warga takut pasca proyek
ini, warga justru mengalami krisis air.(Lukman)
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru