Gagasan - BBM Naik -tabloid INFOKU 56



Kenaikan BBM dan Ibu Rumah Tangga

Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) tetap menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM di kemudian hari, dan menuntut pemerintah melindungi kehidupan rakyat termasuk perempuan, anak-anak dan lansia untuk bisa hidup secara layak dan bermartabat
"Menaikan harga BBM menunjukkan sikap pemerintah melakukan pembiaran rakyat hidup di bawah standar kelayakan. Hal itu menjadi bukti paling telanjang bagian dari kegagalan negara menjamin pemenuhan hak warganya," kata aktivis perempuan Rani Pribadi, saat membacakan Petisi Perempuan Menolak Kenaikan Harga BBM dalam sebuah diskusi di pusat studi kependudukan dan kebijakan (PSKK) beberapa waktu lalu.
Rani menambahkan, perempuan merupakan kelompok yang paling merasakan dampak dari kenaikan harga BBM.
Karena kaum perempuanlah yang lebih banyak mengatur kebutuhan rumah tangga di tengah harga kebutuhan pokok merangkak naik dan daya beli yang menurun.
"Perempuan, anak dan lansia adalah kelompok yang menanggung dampak terberat dari kebijakan itu," katanya.
Selain itu, kondisi distribusi relasi kuasa sosial yang timpang gender, akan menempatkan perempuan sebagai pihak yang mendapatkan tekanan psikis paling berat akibat kenaikan harga BBM. " Diakui atau tidak, perempuan akan mendapatkan tekanan psikis paling berat, kalau suami stres, pelampiasannya ke perempuan . Padahal perempuan sudah stres sendiri akibat kenaikan BBM ini," imbuhnya.
Dalam tiga petisi yang dibacakan JPY tersebut, disebutkan pertama, kenaikan harga BBM akan berdampak menurunnya daya beli dan kualitas hidup, menurunnya kapasitas untuk pemenuhan kebutuhan spesifik seperti kesehatan reproduksi dan hak anak untuk belajar dan bermain hingga meningkatkan risiko kekerasan dalam berbagai bentuk sebagai dampak lanjutan dari peningkatan beban hidup.
Kedua, Persoalan kenaikan harga BBM akan memicu meningkatnya persoalan yang lebih luas bagi persoalan ekonomi maupun sosial politik yang lain. "Lebih daripada sekedar meningkatnya biaya bahan bakar, kenaikan BBM juga telah memicu kenaikan harga bahan baku, bahkan sebelum kenaikan ini ditetapkan," katanya.
Dan yang ketiga, mengusulkan adanya penghapusan pos-pos anggaran APBN yang berujung pada pemborosan
Solusi BBM tidak Naik
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) termasuk ke dalam kubu yang menolak rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). HMI menawarkan beberapa solusi permasalahan BBM bersubsidi tanpa melakukan penaikan harga.
Beberapa langkah bisa diambil pemerintah untuk mencegah kenaikan harga BBM tersebut seperti diversifikasi energi dan membangun infrastruktur energi secara kokoh. "Masih ada solusi-solusi lainnya," kata Sekjen PB HMI, Mulyadi P Tamsir, di kantor pusat HMI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (16/5).
HMI menyatakan sedikitnya ada 12 langkah yang bisa diambil pemerintah untuk mencegah kenaikan harga BBM ini. Langkah-langkah ini adalah:
1.          Membenahi kebijakan energi yang mengutamakan ketahanan energi nasional   diatas kepentingan jangka pendek
2.          Melakukan diversifikasi energi.
3.          Membangun infrastruktur energi secara kokoh.
4.          Memperbaiki sistem transportasi masal (konversi BBM ke BBG).
5.          Meningkatkan lifting minyak
6.          Melakukan audit efisiensi impor BBM dan hedging harga BBM
7.          Melakukan real time monitoring terhadap lifting minyak nasional
8.          Melakukan upaya serius untuk mengolah minyak bagian pemerintah di kilang-kilang dalam negeri
9.          Membuat target yang jelas dalam pembangunan kilang dan SPBU baru
10.      Memperbaiki kinerja BUMN energi.
11.      Pemerintah perlu mendorong pertamina dan PLN untuk memanfaatkan fasilitas hedging agar mendapatkan tingkat harga yang fixed
Meningkatkan lifting minyak bumi dengan mengoptimalkan reserved proven minyak bumi nasional melalui kegiatan eksplorasi di sektor hulu. 
    Adapun menurut pandangan HMI, alasan penolakan didasarkan kepada kenaikan harga BBM akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang serta bisa dikatakan sebagai kebijakan energi yang buruk jika sampai terjadi. (Penulis Drs Agung Budi Rustanto – Pimpinan Redaksi tabloid INFOKU, diolah dari 6 Sumber berbeda)