Opini Tentang Anggota DPR

Masalah Politik Uang Bersama Iwan Fals
Salah satu lagu karya Iwan Fals yang berjudul Politik Uang tersebut menjadi latar belakang Hanya Sekedar Informasi menulis artikel tentang Masalah Politik Uang Bersama Iwan Fals.
Dengan mendengar syair lagu tersebut, hati kita jadi sedih melihat apa yang terjadi pada Politik Uang di Negeri Indonesia.
Akan kah Politik Uang tersebut selalu menjadi penyebab matinya Demokrasi di Indonesia Menuju Pemilu 2014, kita lihat saja nanti.
Inilah petikan syair lagu yang  dikutip menjadi sebuah artikel tentang Opini Blogger Masalah Politik Uang Bersama Iwan Fals :
Boleh saja Partai puluhan jumlahnya, tetapi yang menang pasti Partai yang punya banyak uang. Siapa pun boleh mencalonkan diri jadi presiden, begitulah cerita yang berkembang saat ini. Pemilu hanya merupakan tempat mereka berpesta dengan cara membagikan uang, sebab kalau tidak begitu pasti tidak laku. Program-program dan janji saat kampanye selalu di teriakan dan diceritakan seperti dongeng zaman kecil dahulu, walaupun ternyata hanya sebuah janji bohong.
Uang adalah bahasa kalbu dan santapan rohani para birokrat, walaupun tidak semuanya, tetapi yang pasti banyak yang suka. Oleh karena itu, jangan heran jika korupsi menjadi - jadi, sebab itulah yang diajarkan, dan yang lebih parah adalah ideologi jadi komoditi dan bisa diekspor ke luar negeri. Uang menjadi santapan rohani wakil rakyat yang di pilih oleh rakyat untuk menyengsarakan rakyat.
Begitulah kutipan syair lagu Iwan Fals yang berjudul Politik Uang, walaupun sedikit di edit untuk menjadi artikel.
Walaupun hal tersebut tidak berlaku pada semua Wakil Rakyat, namun sering terjadi Korupsi yang dilakukan oleh Wakil Rakyat. Semua tampak jelas, bagaimana mereka melakukan
Korupsi secara berjamaah, sungguh terlalu jika hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan bagi Wakil Rakyat dan Pejabat.
Mana hati nuranimu yang katanya semua dilakukan demi Rakyat. Pantaskah mereka untuk dipilih kembali menjadi Wakil Rakyat ? Jawabnya tak pantas.
Wakil Rakyat Dimata Rakyat
Wakil rakyat, dimata kita mereka cukup banyak menyimpan tanda tanya. Sebab apa yang mereka lakukan tak pernah ada kejelasan, seakan-akan tertutup-tutupi, mungkin mereka malu ya..? maklum wakil rakyat juga manusia, jadi mereka pun berhak mempunyai rasa malu. Namun tidak sampai harus malu-maluin.
Ada banyak pendapat tentang wakil rakyat. Mereka semua berkata dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman dan pengertiannya masing-masing.
Aneh, lucu, kritis, atau bahkan menyakitkan. Semua terasa berbeda dari setiap telinga dan tingkat pemahaman masing-masinig. Namun apapun itu mari kita lihat seperti apakah wakil rakyat kita dimata rakyatnya.
Kata seorang pengamen jalanan di perempatam lampu merah, “Aku bernyanyi menghibur rakyat, smentara mereka bernyanyi membuai rakyat”. Kata seorang pemulung tua di pinggiran kota,
”Kemarin aku datang kerumahnya untuk memulung plastic kecil yang tak dipakainya lagi, sekarang dia datang padaku untung memungut suara dariku. Eh…..ternyata dia juga pemulung to?”.
Kata seorang pelacur di gubug remang-remang,” Aku selalu mengantarkan pelangganku kepuncak kenikmatan, sementara mereka selalu pergi setelah mendapatkan semua”.
Kata seorang pelukis di pinggiran Malioboro, “Sulit untukku menggambarkam mereka, karena mereka terlampau abstrak untuk ku gambarkan seperti apakah mereka”.
Kata seorang seniman yang sering mengkritisi “Mereka ada disana itu semata-mata karena kita nggak sempat untuk kesana, jangan sampai kita sendiri yang kesana untuk mengurus negara ini menggantikan mereka”.
Kata seorang pemabuk yang sedang melayang dialam hayalannya,”Dunia hayalan itu memang indah, pantas saja mereka selalu mengumbar hayalannya”.
Kata sepasang pemuda yang sedang dimabuk cinta,”kami berdu berjanji atas dasar cinta, tapi mereka, janji apa mereka?”.
Kata seorang pasien rumah sakit jiwa, “kata mereka aku ini gila, padahal mereka lebihgila. Gila harta, gila pangkat, gila hormat, gila kekuasaaan, gila wanita. Lebih gila mana aku dengan mereka?”.
Nah, begitulah komentar sebagian dari mereka tentang wakil-wakil kita disana. Terlepas dari itu benar atau salah, namun itulah apa yang mereka katakan. Itulah opini yang terbangun dalam masyarakat selama ini.
Mreka berkomentar dari apa yang mereka lihat atau bahkan yang mereka rasakan sendiri.
Jadi wajarlah kalau mereka mempertanyakan “Akan dibawa kemanakah bangsa ini?”. Nempaknya pertanyaanseperti itu tidaklah terlalu berlebihan untuk mempertanyakan kejelasan nasib bangsa ini nantinya. (Penulis Drs. Ec. Agung Budi Rustanto – Pimpinan Redaksi tabloid INFOKU – diolah dari berbagai sumber)
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru