Kehidupan - Tabloif INFOKU 46



Pantang Menyerah dengan Keterbatasan Phisik
INFOKU, REMBANG - Walau kondisi  fisik dengan segala  keterbatasan, Miftahulhuda 20 th, warga dukuh Gerdu desa Lemahputih  RT 03 RW 02 Kecamatan Sedan, tak pernah ada kata menyerah dan   tetap semangat dalam menjalani beban hidupnya.
Miftahulhuda yang bercita-cita ingin  menjadi guru,itu juga  terus belajar , remaja yang  semenjak berusia 2 bulan tak pernah pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah  setelah kedua orang tuanya bercerai itu . tetap semangat bersekolah.
Kini, Miftahulhuda   duduk  dibangku klas V SD Negeri Lemahputih.
“ Miftahulhuda yang lahir pada tahun 1992 baru bisa berjalan sekitar delapan tahun lalu sekitar umur 13 th ,karena sebelumnya mengalami kelumpuhan.
Dengan segala keterbatasan ekonomi kami terus berupaya  agar anak kami bisa sembuh dan  bisa seperti teman-temannya”ungkap Tasri 45 ibu yang setiap pagi  setia menyiapkan keperluan Miftahulhuda, dari mulai memandikan hingga menyiapkan kebutuhan kesekolah termasuk uang saku serta sarapan pagi.
Tasri yang berprofsei Sebagai kuli pemecah batu itu mengatakan demi kelangsungan hidup keluarganya. Ia rela  berjalan kaki dari rumah sejauh 4 kilometer, ke Depo  tempat kerjanya di Desa Sidowayah Kecamatan Pancur  setiap hari.
“ Sudah menjadi rutinitas  ,setiap hari  saya berangkat kerja  dari rumah sekitar pukul 07.00 WIB pagi, untuk mencukupi  biaya hidup keluarga kami, jatah beras Miskin  5 kilo setiap bulan yang  kami  terima dari pemerintah  tentunya untuk kami berdua  kurang,  ya saya harus  bekerja banting tulang agar anak saya satu-satunya bisa tetap sekolah seperti teman-temannya, yang menjadi impian .saya kepengen mengobatkan anak saya, namun apa daya  biaya mengobatkan anak saya jumlahnya tak sedikit “ ungkap Tasri.
Masih kata Tasri.ia  berharap adanya bantuan dari pemerintah maupun para dermawan, agar beban hidupnya tidak terlalu berat.
” Mau mengobatkan Miftahulhuda saya tidak punya uang. Saya hanya mempunyai satu ternak kambing. Sedangkan upah hasil kerja dalam sehari saya hanya mendapatkan sebelas ribu, makan bawa sendiri dari rumah,” keluhnya.
Walau penghasilannya kurang  namun  dia tetap  merasa bersyukur karena dalam  tiga hari ia bekerja  mendapatkan 22 takaran ekrak dengan upah Rp 1.500 di setiap takaran.dengan penghasilan  Rp 33.000.
“Jika pulang sekolah, Miftahulhuda sering menyusul ke lokasi kerja saya untuk membantu. Pada saat pulang kerja, sayapun berusaha mencari pakan ternak kambing. Sebab, Miftahulhuda senang beternak kambing. Jika di jual untuk mengobatkannya, jelas tidak cukup,” terang Tasri. 
Di samping ibunya, saat ditanya apa cita- cita Miftahulhuda, dia menjawab bawa cita- citanya ingin menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yaitu Guru sambil ingin sukses berternak kambing. “ Saya bercita- ingin menjadi Guru,” ucap Miftahulhuda dengan sambil tangan garuk- garuk kepalanya. (Giarti) 


Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru