Pantang Menyerah dengan Keterbatasan Phisik
INFOKU,
REMBANG -
Walau kondisi fisik dengan segala keterbatasan, Miftahulhuda 20 th,
warga dukuh Gerdu desa Lemahputih RT 03 RW 02 Kecamatan Sedan, tak pernah
ada kata menyerah dan tetap semangat dalam menjalani beban
hidupnya.
Miftahulhuda yang
bercita-cita ingin menjadi guru,itu juga terus belajar , remaja
yang semenjak berusia 2 bulan tak pernah pernah merasakan kasih sayang
dari seorang ayah setelah kedua orang tuanya bercerai itu . tetap
semangat bersekolah.
Kini,
Miftahulhuda duduk dibangku klas V SD Negeri Lemahputih.
“ Miftahulhuda yang lahir
pada tahun 1992 baru bisa berjalan sekitar delapan tahun lalu sekitar umur 13
th ,karena sebelumnya mengalami kelumpuhan.
Dengan segala
keterbatasan ekonomi kami terus berupaya agar anak kami bisa sembuh
dan bisa seperti teman-temannya”ungkap Tasri 45 ibu yang setiap
pagi setia menyiapkan keperluan Miftahulhuda, dari mulai memandikan
hingga menyiapkan kebutuhan kesekolah termasuk uang saku serta sarapan pagi.
Tasri yang berprofsei
Sebagai kuli pemecah batu itu mengatakan demi kelangsungan hidup keluarganya.
Ia rela berjalan kaki dari rumah sejauh 4 kilometer, ke Depo tempat
kerjanya di Desa Sidowayah Kecamatan Pancur setiap hari.
“ Sudah menjadi
rutinitas ,setiap hari saya berangkat kerja dari rumah
sekitar pukul 07.00 WIB pagi, untuk mencukupi biaya hidup keluarga kami,
jatah beras Miskin 5 kilo setiap bulan yang kami terima dari
pemerintah tentunya untuk kami berdua kurang, ya saya
harus bekerja banting tulang agar anak saya satu-satunya bisa tetap
sekolah seperti teman-temannya, yang menjadi impian .saya kepengen mengobatkan
anak saya, namun apa daya biaya mengobatkan anak saya jumlahnya tak
sedikit “ ungkap Tasri.
Masih kata Tasri.ia
berharap adanya bantuan dari pemerintah maupun para dermawan, agar beban
hidupnya tidak terlalu berat.
” Mau mengobatkan
Miftahulhuda saya tidak punya uang. Saya hanya mempunyai satu ternak kambing.
Sedangkan upah hasil kerja dalam sehari saya hanya mendapatkan sebelas ribu,
makan bawa sendiri dari rumah,” keluhnya.
Walau penghasilannya
kurang namun dia tetap merasa bersyukur karena dalam
tiga hari ia bekerja mendapatkan 22 takaran ekrak dengan upah Rp 1.500 di
setiap takaran.dengan penghasilan Rp 33.000.
“Jika pulang sekolah,
Miftahulhuda sering menyusul ke lokasi kerja saya untuk membantu. Pada saat
pulang kerja, sayapun berusaha mencari pakan ternak kambing. Sebab,
Miftahulhuda senang beternak kambing. Jika di jual untuk mengobatkannya, jelas
tidak cukup,” terang Tasri.
Di samping ibunya, saat
ditanya apa cita- cita Miftahulhuda, dia menjawab bawa cita- citanya ingin
menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yaitu Guru sambil ingin sukses berternak
kambing. “ Saya bercita- ingin menjadi Guru,” ucap Miftahulhuda dengan sambil
tangan garuk- garuk kepalanya.
(Giarti)
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru