Mengapa Harus Ada Hari Ibu?
Tidak
ada yang salah dengan kemuliaan seorang Ibu. Islam, sejak keberadaannya dan
sejak dibawa oleh Rasulullah, telah meletakkan posisi seorang ibu sangat
tinggi. Ibu, ibu, ibu, baru kemudianlah seorang ayah, yang wajib dihormati oleh
seorang anak, begitu hadist Rasulullah saw yang sudah terkenal. Pemuliaan
kepada seorang ibu terjadi setiap waktu, bukan hanya satu hari saja.
Tentu jika sekarang ada Hari Ibu,
maka ada sesauatu yang lain di sana. Hari Ibu adalah hari peringatan/ perayaan
terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anaknya,
maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya
dilakukan dengan membebas-tugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari
dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan
rumah tangga lainnya. Dan Hari Ibu dilaksanakan di seluruh dunia dengan nama Mother’s
Day dengan berbeda-beda tanggalnya.
Menurut Wikipedia, Peringatan
Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, mendapat pengaruh dari
kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah
Yunani kuno.
Maka, di negara-negara tersebut,
peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret. Di Amerika Serikat dan lebih
dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang,
Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day
jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870
aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu
melawan perang saudara.
Mungkin ada pembenaran; yah, nggak
apa-apalah, dalam satu hari, seorang ibu libur dulu dari tugas-tugas rutinnya.
Ibnu Umar ra berkata, Sabda Rasulullah SAW bersabda: "Wanita
yang tinggal di rumah bersama anak-anaknya, akan tinggal bersama-samaku dalam
surga." Artinya, tidak ada berhenti atau cuti ketika sudah menjadi
ibu—posisi yang sangat mulia dalam kehidupan. Adapun beban pekerjaan, bukankah
Islam telah mengatur sedemikian rupa pendelegasian dengan suami hingga semua
tugas dibagi rata antara suami dan istri?
Hadist di atas bukannya mengekang
seorang perempuan atau seorang ibu. Kita tentu ingat bahwa Rasul juga membuka
wilayah social untuk para muslimah ketika itu. Ada banyak kisah yang
menceritakan keterlibatan para ummahat dalam dakwah Rasulullah, termasuk
peperangan.
MASIH banyak orang yang lupa bahwa
setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Yang lebih ditakuti
lagi jika ibu-ibu di bangsa ini termasuk di Negeri Serumpun Sehalai tak tahu
apa apa dan bagaimana memaknai Hari Ibu.
Sejarah
Hari Ibu di Indonesia
Diawali dari bertemunya para pejuang
wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember di
gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan
Adisucipto.
Dihadiri sekitar 30 organisasi
perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah
satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres
Wanita Indonesia ( Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah
ada sejak 1912 , diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19
seperti M Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, Cut Mutiah, RA Kartini,
Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan
lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah
satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin
organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan
pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum
perempuan.
Berbagai isu yang saat itu
dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan
perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam
berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan;
perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi
perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para
pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat
penting bagi kemajuan bangsa.
Pada 22 Desember 1928,
organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di Jogjakarta dan
membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia
(Kowani). Kemudian, Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316/1959
menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional.
Sifat yang luas dan demokratis dari
Kongres Perempuan ini dibuktikan oleh ikutnya, antara lain, organisasi Wanita
Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond
bagian Wanita, Wanita Katholik, dan Jong Java bagian Perempuan.
Bila kita tilik, cakupan persoalan
yang dibahas Kongres Perempuan ini menunjukkan keluasan persoalan dan upaya
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan secara lebih baik pada waktu itu.
Hal terpenting untuk kita cermati
adalah hasil keputusan kongres tersebut untuk mendirikan badan permufakatan
bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang bertujuan menjadi
pertalian segala perhimpunan perempuan Indonesia dan memperbaiki nasib dan
derajat perempuan Indonesia.
Semua rekomendasi ini dibuat oleh
gerakan perempuan Indonesia tiga perempat abad lalu dan tak bisa kita ingkari
kekaguman kita terhadap mereka, serta rasa malu untuk melihat betapa mundurnya
gerakan perempuan kita saat ini.
Kampanye anti perdagangan perempuan
dan anak yang sekarang baru menjadi tren di kalangan organisasi perempuan,
sudah secara konkret menjadi agenda gerakan perempuan sejak 84 tahun lalu.
Makna historis penting lainnya dari
Kongres Perempuan adalah menjadi batu pertama yang menandai babak baru
bangkitnya gerakan kaum perempuan Indonesia pada waktu itu untuk berorganisasi
secara demokratis tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial.
Lebih jauh lagi, Kongres Perempuan,
yang hari berlangsungnya sekarang diperingati menjadi Hari Ibu, ini telah
mengilhami gerakan perempuan di wilayah politik dan ekonomi untuk mencapai
tahap yang cukup berarti. “Selamat Hari
IBU”
(Penulis Drs Ec.
Agung Budi Rustanto – Pimpinan Redaksi tabloid INFOKU – diolah dari berbagai
sumber)
Lebih lengkap baca model Tabloid
Gambar klik kanan pilih open New Tab atau Buka tautan Baru