Selamatkan Pemuda
dari Generasi Korupsi
Sangat mengkawatirkan,
apa yang disampaikan seorang anggota DPR bahwa politisi muda sah-sah saja
mencalonkan diri sebagai presiden.
Namun
politisi muda tersebut harus bersih dari praktik korupsi yang kian merajalela
di Indonesia.
Justru
politisi muda yang ada di DPR yang paling banyak melakukan korupsi dibandingkan
orang-orang tua yang ada di DPR tersebut.
Bila
fenomena ini benar-benar terjadi, maka sudah merusak perasaan generasi muda
rakyat Indonesia. Juga tidak sesuai dengan karakter bangsa kita, yang sejak
jaman nenek moyang dahulu terkenal dengan sifat gotong royong dan rela
berkorban
Untuk itulah pihak-pihak terkait seperti KPK
menyelenggarakan ToT (Training of Trainer) bekerjasama dengan pihak akademisi
seperti universitas-universitas seluruh Indonesia untuk bagaimana melibatkan
para pemuda yang diwakili oleh mahasiswa dalam peran sertanya sebagai
sumbangsih bagi kemaslahatan bangsa dan negara.
Disamping itu merupakan suatu upaya
sebuah bangsa untuk menyelamatkan Pemuda dari generasi yang Korup.
Kegiatan training ini dilakukan
selama empat hari secara berturut-turut. Berawal dari ratusan mahasiswa yang
mendaftar sebagai calon peserta ToT Anti Korupsi KPK dengan syarat administrasi
pembuatan artikel dan pengisian formulir biodata , 35 mahasiswa akhirnya lulus
terpilih sebagai peserta resmi yang kemudian berhak mengikuti pelatihan
selanjutnya.
Ke-35 mahasiswa ini di perkecil
menjadi tujuh kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang. Pelatihan
ini pun sama sekali tidak dipungut biaya sedikitpun alias gratis.
Praktik Lapangan
Pelatihan ToT Anti Korupsi KPK
secara komplit untuk pertama kalinya di Indonesia ini dalam tingkat mahasiswa,
karena melibatkan peserta secara langsung untuk terjun praktek lapangan yang
tidak dilakukan di kampus-kampus sebelumnya.
Hal tersebut yang kemudian
menjadikan pelatihan kali ini begitu menantang. Setelah adanya Briefing tugas
dan pembekalan materi dari tim KPK pada hari pertama, selanjutnya para peserta
dilepas untuk melaksanakan tugas ke tempat yang disinyalir berpotensi koruptif
pada hari itu juga dan hari kedua secara langsung.
Sebelumnya peserta telah diberi
pembekalan teknik dan standar investigasi di lapangan yang bagi mahasiswa hal
ini merupakan pengetahuan baru untuk pertama kalinya.
Kemudian masing-masing kelompok di
sebar ke beberapa titik yang berpotensi terjadi praktek korupsi, seperti kantor
Samsat, Pos Retribusi, Kantor Kecamatan, Pengadilan Negeri, Kantor Catatan
Sipil, dan bahkan lingkungan kampus sekalipun.
Ada banyak cerita yang berkesan dan
menarik dari masing-masing kelompok dalam proses perjalanan melaksanakan tugas
ini.
Mulai dari mempraktekkan Undercover
(penyamaran), prosedur investigasi, pencarian informasi sebanyak-banyaknya,
maupun kebingungan dalam memutuskan target siapa saja yang harus diwawancarai
untuk memperoleh akses informasi.
Dari sinilah yang kemudian mulai
memunculkan hal-hal yang unik dan seru melalui proses pembelajaran yang tidak
didapatkan oleh para peserta, yang umumnya terdiri dari semester satu, tiga,
dan lima dalam pendidikan formal maupun perkuliahan sebelumnya.
Karena penugasan ini sifatnya
praktek secara langsung di lapangan sebagaimana KPK, maka masing-masing
kelompok dituntut untuk bagaimana berfikir kreatif baik penggunaan cara maupun
prosedur pelaksanaan demi kesuksesan penugasan.
Memasuki hari ketiga, informasi,
bukti, dan bahan-bahan dugaan indikasi kejahatan korupsi yang telah diperoleh
masing masing kelompok selanjutnya disusun menjadi sebuah laporan. Penyusunan
laporan tentunya mendapat arahan langsung dari tim KPK yang pada hari itu juga
harus dipresentasikan.
Proses penyusunan laporan, para
peserta selain harus kreatif, mereka juga dituntut berfikir cepat dalam
menuangkan hasil investigasi dalam bentuk tulisan. Tidak cukup sampai di situ,
pemutaran hasil video (camera) tersembunyi, rekaman pembicaraan rahasia, dan
pemerolehan barang bukti yang terkait indikasi bentuk kejahatan korupsi juga dihadirkan
dalam penyampaian presentasi.
Pengalaman seperti inilah yang
paling berkesan dari para peserta ToT Anti Korupsi KPK. Pelatihan yang selain
sarat dengan bagaimana harus berfikir kreatif dan bertindak cepat, juga yang
menjadi sangat penting adalah mereka memperoleh wawasan baru mengenai korupsi
dan cara penaggulangannya yang tidak banyak oleh masyarakat umum mengetahuinya
saat ini
Bahkan yang lebih membanggakan lagi,
para peserta juga ternyata berhasil bersentuhan langsung merasakan
bentuk-bentuk praktek kecurangan, penyimpangan, pelanggaran, dan
penyalah-gunaan jabatan terkait kejahatan korupsi yang sebenarnya dapat
ditindak secara hukum.
Generasi Bebas dari
Korupsi
Pelatihan ToT Anti Korupsi KPK
ternyata tidak hanya membuka mata kepala para peserta melalui pengalaman
praktek lapangan secara langsung, tetapi juga membuka mata hati bagaimana
merasakan betapa kejahatan korupsi di Indonesia begitu menggelisahkan.
Rasanya ingin menjerit sebagai
bentuk perlawanan melihat banyak terjadi ketidak-adilan, ketidak-jujuran,
penyelewengan, dan penyalah-gunaan wewenang hampir di semua lini kehidupan dan
lingkungan sekitar kita.
Dari sinilah langkal awal peran
serta mahasiswa secara aktif terlihat konkrit dan menegaskan peran pemuda
sebagai pembaharu (agent of change).
Setelah pelatihan tingkat pertama
ini selesai, diharapkan minimal para peserta mempunyai wawasan mengenai korupsi
bagi dirinya untuk kemudian mau berbagi pengetahuan dengan lingkungan sekitar
bahwa kejahatan laten ini sangat berbahaya dan dampaknya luar biasa.
Dalam tataran praktis, pelatihan
anti korupsi kali ini akhirnya melahirkan semacam komunitas CPA (Community of
People for Againts-Corruptions) yang bertugas mensosialisasikan dan mengadakan
pelatihan ke SMU-SMU sebagai bentuk kepanjangan tangan dari KPK setiap tiga
bulan sekali.
Bahkan komunitas ini juga dapat
melakukan kegiatan pengawasan di kampus masing-masing, yang sebagaimana
diketahui bahwa lembaga pendidikan dianggap lahan basah, namun sulit untuk di
tindak karena wilayah ini di luar kewenangan KPK.
Ini saatnya mewujudkan generasi Indonesia
bebas dari korupsi. Saat ini Indonesia memiliki kurang lebih sumber daya
manusia 140-150 juta usia muda, antara 12 sampai 20 tahun. Untuk menciptakan
generasi emas (golden generation) tahun 2020 nantinya, perlu dipersiapkan mulai
sekarang dengan langkah yang jelas.
Dari output komunitas-komunitas
kecil hasil pelatihan ToT Anti Korupsi KPK baik di kampus-kampus maupun
sekolah-sekolah, diharapkan mampu menyebar dengan basis sharing (berbagi)
wawasan mengenai bentuk kejahatan korupsi dan dampaknya untuk membawa langkah
Indonesia menuju mimpi nyata.
Mimpi untuk membuktikan bahwa
kejahatan yang tidak hanya merugikan orang banyak tapi juga negara dan dianggap
budaya kenyataannya mampu hilang di muka bumi negeri ini.
Terinspirasi oleh film Laskar
Pelangi, agaknya Indonesia harus dikembalikan pada ruh aslinya.
Bahwa Kita harus mulai banyak
memberi daripada menerima, mensyukuri atas apa yang ada dan berbagi untuk
bersama-sama menggapai mimpi mewujudkan kebahagiaan umat manusia.
Meminjam istilah Renald Kassali,
mari kita tanamkan kata-kata di bawah nanti sebagai perenungan dan menyadarkan
nurani bahwa kita semua bagian dari negeri tercinta ini.
Satu kata terindah, maaf. Dua kata
terindah, terima kasih. Tiga kata terindah, negeriku dalam kesulitan. Empat
kata terindah, negeriku sulit untuk berubah. lima kata terindah, aku ada untuk
membantu negeriku.
“Dirgahayu Pemuda Indonesia”(Penulis: Drs Ec. Agung Budi
Rustanto Pimpinan Redaksi Tabloid Infoku dan mantan Ketua Karang Taruna
Kecamatan Lawiyan Surakarta – diolah dari berbagai sumber)
Lebih lengkap baca model tabloid
klik gambar
0 Comments
Post a Comment